Selasa, 09 April 2019

KETIKA RASA MALU MUNCUL DI HATI

Maafin aku yang lagi baper ya teman-teman. masalahnya begini...
aku kirim resensi judulnya ada kesalahan. Huaa....

Senang sekaligus sedih sebenarnya. Resensi yang termuat banyak yang harus di edit.

Pas wayah santai, jadi pengen curhatan sama teman sesama peresensi.
Alhamdulillah, paling tidak sharing bersama mereka bisa menambah semangat yang sempat kendor

"Hayu Mbak, kudu telaten, ojo gampang mutungan."
Suwun Pakde Anton.

Ada Ratnani, "latihann Mbak... nanti bakal terbiasa."

Yaa Salam, tanpa motivasi mereka, mungkin aku sudah enggan berteman dengan laptop, setelah Dede bobo.

Resensi yang tayang di Kabar Madura tanggal 09 April 2019, dikirim tanggal 22 Maret 2019. Jeda waktu tunggu lumayan lama.

Resensinya bisa di baca di bawah ini:



PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP
PERKEMBANG KEPRIBADIAN ANAK.


Judul : Tiga Langkah Mati
Penulis : Yuditeha                
Cetakan : cetakan pertama
Tahun terbit : 2019
Tebal buku: x + 222 hlm
Penerbit: Kompas
ISBN : 978-602-412-564-6












Anak adalah anugerah terbesar bagi orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua memliki andil yang pertama  untuk membentengi kepribadian anak dari pengaruh pergaulan  yang tidak baik di lingkungannya, terlebih ketika anak mulai tumbuh remaja. Banyak sekali anak yang melakukan kenakalan, penyalahgunaan narkoba dan  pergaulan bebas, ternyata berlatar belakang kurangnya kepedulian orang tua mereka.

Kenakalan remaja sebenarnya bisa dicegah dengan pendampingan orang tua  terhadap tumbuh kembang kepribadiaannya. Pengenalan agama menjadi satu hal yang paling mendasar untuk mengatasi hal tersebut dilanjutkan dengan komunikasi efektif antara orang tua dan anak. Bersikap seperti sahabat bagi anak yang menginjak remaja akan sangat menyenangkan. Jadi, menghargai anak-anak sama dengan menghargai masa depan mereka.

Biarkan mereka menjadi diri sendiri tetapi dengan pengawasan. Tak sulit sebenarnya, karena orangtua pastilah telah mengalami hal yang dirasakan anaknya saat remaja dan menjelang dewasa. Jadi dari pengalamanlah, orangtua diharapkan dapat mengarahkan anaknya ke hal-hal yang baik dan bermanfaat.

Novel Mas Yuditeha ini,  muncul untuk menyambut awal tahun 2019. Novel yang  berhasil menjadi juara I Lomba Novel Nasional Jejak Publisher 2018. Isi novel ini merupakan ungkapan kegelisah penulis dengan kondisi persahabatan dan pergaulan  anak muda jaman sekarang. Kegelisahan ini dituangkan dalam tulisan sastra yang menyasar pada pembaca muda.. Novel Tiga Langkah Mati  ini berkisah tentang persahabatan. Persahabatan ibarat dua sisi mata koin, tak bisa dipisahkan namun tak juga dipertemukan. 
Kumba, seorang remaja yang aneh, penyendiri dan penggemar berat catur. Tidak peduli sekolah,  baginya sekolah itu teramat naïf, hanya hal yang sia-sia, membosankan dan omong kosong. Sekalipun Ia sekolah, hanya sekedar ritual, formalitas saja. Terlebih bagi ayahnya, sekolah bukan hal utama dalam kehidupan, semakin membuatnya semakin enggan sekolah (hal. 45).

Alhasil, apa yang didapatinya? Panggilan kepala sekolah,  dapat dipastikan Kumba mendapat teguran keras karena nilai dan prestasinya dibawah ambang batas seorang murid.
Sikap kepala sekolah membuat Kumba semakin tidak nyaman dan  tidak peduli pada proses pembelajaran di sekolah, meski kata banyak orang, sekolahnya sekolah bermutu, idaman banyak orang, ia tak peduli.
Ketika Bapak Kumba meninggal dunia, Kumba merasa sangat kehilangan, ia baru merasakan perbedaan kehadiran bapaknya. Meski  tidak terlalu akrab dimasa hidupnya, pesan bapak yang dititipkan ke ibu kumba, membuatnya kaget. Bapak sangat memperhatikan kepentingan sekolah Kumba, Ia ingin Kumba tetap bersekolah ditempatnya sekarang.  Bukan tak percaya kemampuan ibu membiaya sekolah di tempat itu Sepeninggalan bapak, Kumba berpikir realita, sekolah ditempat favorit   tentu mahal bayarannya. Dan selama ini, hidup kami sangat sederhana, bahkan semasa Bapaknya masih hidup. Lebih baik jika Kumba keluar sekolah saja. Keinginan itu tentu saja ditentang ibunya. Demi menghargai keinginan Bapak dan Ibunya, Kumba tetap bersekolah, meski terkadang ogah-ogahan.
Kumba merasa membaca buku sendiri lebih menyenangkan , melakukan hal-hal yang disukai tanpa merasa terbebani dengan segala peraturan sekolah dan segala yang berhubungan dengan catur. Dunia catur  membuatnya sabar dan cermat dalam mengambil keputusan. Dari sana, kumba belajar hidup tanpa perlu sekolah. dunia catur, dunia menyenangkan bagi Kumba.Ia mengamati berbagai trik yang dapat melumpuhkan lawan mainnya. Rasa penasaran ini membawanya ke satu perlombaan yang menegangkan. Hadiahnya, hadiahnya berkali lipat dari uang sekolah yang dipakai untuk mendaftar lomba. Dugaan kumba benar, ia menang telak. Dan tak disangka, hadiah yang dijanjikan ternyata bukan berwujud uang, tetapi seorang gadis belia. Dihadapannya gadis itu menceritakan bagaimana nasibnya hingga dijadikan sebagai hadiah lomba dan Kumba mengembalikan sang gadis pada orangtuanya.

Jika dulu, ketika mendengar kabar, kepala sekolahnya, Pak Wenang, dipecat dari sekolah karena terlibat dengan salah satu siswa, Kumba pun tak peduli. Hilang satu orang yang membuatnya bakal dikeluarkan dari sekolah, tapi sekarang seiring dengan semakin banyaiknya pengalaman yang dilaluinya, dengan kejadian-kejadian yang dialaminya, membuat Kumba berpikir untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan sikap, perbuatan dan tingkah lakunya. Terlebih pada Pak Wenang. Dimana sekarang Beliau?
Mengingat Pak Wenang, kini Kumba menyesali sikapnya pada beliau, kepala sekolah yang notebene termasuk profil guru yang memiliki dedikasi pengabdian yang tinggi.Guru yang rajin, sering menggratisi muridnya dengan buku panduan, guru dengan sikap kepedulian yang tinggi pada anak didik.
Dari Ibunya, Kumba mengetahui mengapa Pak  Wenang begitu peduli padanya.
Sepeninggalan Bapak, Ibu bercerita, Pak Wenanglah yang melanjutkan pembayaran segala keperluan sekolahnya, sebagai balas budi Pak Wenang terhadap bapak Kumba. Lagi-lagi, ia terpukul dengan kebaikan Pak Wenang.

Sebagai wujud terimakasih pada teman-teman, Ibu dan Pak Wenang, Kumba berusaha mengikuti pertandingan demi pertandingan catur dengan serius, berharap tidak mengecewakan  lagi orang-orang yang mencintainya. Kegigihannya membawa kejuaraan dan kebahagiaan keluarga, guru dan teman-temannya.
Pelukan mereka, kasih dan perhatian mereka, membuat Kumba sekarat. Ia tidak akan berpaling dari cinta mereka. Keluarga, Guru dan Teman, tiga langkah mati untuk meraih kesuksesan, dan keluarga pengiring utama dari langkah tersebut.

Buku yang banyak mengandung  pembelajaran  untuk generasi muda agar dapat berbuat yang terbaik dalam hidupnya.

Peresensi :



    




Sujarni, S.Pd.  
Guru IPA di MTsN 3 Bekasi, Alumni Universitas Lampung.

















Terima kasih untuk redaktur Surat Kabar Harian Kabar Madura. Semoga semakin jaya serta menjadi wadah terbaik bagi peresensi. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar