Senin, 22 April 2019

SATU CONTOH TULISAN BASED TRUE STORY




CAHAYA DIANTARA ISTIQFAR DAN SEDEKAH
Jarni Sujarni

            Siapapun kamu, apapun profesi dan jabatanmu jika qodarullah belum memihak bisa bilang apa?
Hanya satu tempat meminta, hal yang tak masuk akal dan logika pikiran manusia bisa terjadi. Mudah bagi Allah, Pencipta dan Penguasa alam semesta ini.
“Jadilah”… maka jadilah ia (QS. Yasin : 82)
            Satu pelajaran yang bisa kita baca, kisah Nabi Zakaria, nabi sholih pilihan Allah, Beliau sampai gemetar saking gembiranya. Air matanya mulai berlinang hingga jenggotnya yang putih mulai basah. Ia berdiri melakukan sholat sebagai tanda syukur doanya terkabulkan.
Do’a apa yang dimintanya? Doa agar diberi keturunan anak laki-laki pada saat usianya sudah senja, dikabulkan Allah SWT
Nabi Zakaria, seorang tua dan rambutnya sudah dikelilingi uban, ia merasa tak lama lagi hidupnya akan berakhir dan isterinya pun seorang wanita  tua mandul, yang tidak mungkin memberinya seorang  keturunan. Dengan penuh harap, ia memohon pada Sang Pencipta tanpa mengangkat sura keras agar ia dan isterinya dikarunai seorang penerus kenabiannya. Maha Kuasa Allah yang mengabulkan doanya, hingga malaikat Jibril menyampaikan dalam Al-Qur’an,
“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang bernama Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia (QS. Maryam:7).
Allahu Akbar… Allahu Akbar!
              Kisah Aisyah, ra. isteri baginda nabi besar Muhammad SAW, wanita kecintaan Rasulullah. Beliau sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Menjaga jangan sampai Rasul menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Senantiasa  mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah. Indah sekali bukan? Sanggupkah kita seperti ini, duhai ibunda? Berurai airmataku membaca kisahnya. Aisyah, ra. menjadi kecintaan manusia yang paling dicintai seluruh penghuni bumi dan langit. Tidaklah mmudah menjadi kecintaan suami, butuh perjuangan dan istiqomah, tidak seperti membalikkan tangan.  Rasulullah sangat mencintainya hingga menjelang ajalnya Rasul meminta ijin, meminta kerelaan pada para isterinya untuk beristirahat di kamar Aisyah ra hingga wafatnya. Tidak berkurang kemuliaannya meski beliau tidak dikaruniai seorang anak.
***
              Membaca buku-buku inspiratif membuat aku sering berpikir, mudahnya Allah SWT mengatur segala kehidupan alam semesta. Yang tak terbetik di benak manusiapun bisa saja terjadi, di luar dugaan manusia. Allahum Akbar, Maha Kuasa Engkau.
Masih saja sombong sebagai manusia?
Aku mencoba membangkitkan energi menulis, dengan membaca referensi fisik dan online sebagai santapan lingsir wengi[1] dan  menceritakan satu kisah diantara sejuta kisah.
Baru seminggu laki-laki itu datang memperkenalkan diri pada keluargaku. Dari seberang katanya.  Kenal denganku karena sepekerjaan dengan saudara iparku. Saat itu aku Cuma berpikir bagaimana caranya menghindari Bapak, jaauh dari Bapak biar aku tak melihat kesulitan Bapak dengan isteri barunya. Iya, Bapak baru menikah… pengantin baru dengan janda beranak lima. Aku yang tinggal serumah dengannya sudah paham sangat dengan apa yang bakal dihadapi bapak nanti, setahun dua tahun pernikahannya dan aku tak mau menanggung resiko dan akibat pernikahan yang benar-benar tak kusukai.
Teman…
Berita bapak akan menikah lagi persis seminngu sebelum Mas Joko, seorang ikhwah yang bersedia hidup bersama denganku akan datang mellamar.
Bisa dibayangkan bagaimana sedih perasaanku, Bapak menikah karena tak mau tinggal sendiri setelah aku menikah nanti.
“Pak, Mas Joko ini sudah siap dan bersedia tinggal di rumah kita… menemani hari-hari Bapak dan Jarni,” kataku berurai air mata mencegah agar bapak membatalkan niatnya mempersunting janda itu
Tak bisa tidak, bapak keukeh mempersuntingnya.

Bagaimana perasaanku?

Galau tingkat akhir, teman-teman.
Jujur saja, hatiku tak terima. Jika sudah begini, pasti berimbas pada sikap seseharianku bukan?
Iya, begitulah.
Aku jadi enggan di rumah. Waktuku ku habiskan diluar, dengan menyibukkan diri melalui seabrek kegiatan. Bila perlu, aku beralasan ada keperluan ke rumah teman agar tak pulang malam itu. Diakhir derita hati, kuputuskan hengkang dari rumah dengan cara yang baik. Baiklah, aku kost demi kebahagiaan diriku sendiri.

Tak lama, 4 bulan bertahan hidup memisah dariku, Bapak berkirim kabar agar aku pulang menjenguknya. Kulihat nasib bapak setelah beristri. Ya Allah, maafkan aku... telah melalaikan bapak hanya untuk sekedar mengikuti egoku. rasa sakit hatiku karena rencana pernikahanku yang batal. Betapa egoisnya aku.
Malam itu juga, kuputuskan aku kembali ke rumah. Biar saja, aku harus belajar menerima ibu tiriku.
Dengan orang lain saja aku sanggup bersikap baik, masak dengan ibu tiriku aku tak sanggup. 
Baiklah... aku pulang.
Bila nanti ibu  memerlukan sesuatu, bantuan dariku, kuanggap sedekah. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar